Senin, 28 September 2015

Myanmar the golden land 1

Downtown Yangon

Myanmar menjadi salah satu negara yang sudah lama ingin saya datangi. Foto-foto sunrise di Bagan, Pagoda Shwedagon yang megah dan bersejarah serta keunikan-keunikan lain menjadi “magnet” untuk saya segera datang kesana. Mulai sekitar pertengahan tahun 2014 Warga Negara Indonesia sudah bebas visa untuk mengunjungi Myanmar, tentunya ini menjadikan saya semakin bersemangat karena tidak perlu biaya dan repot-repot mengurus visa di Jakarta. Berawal dari adanya promo tiket murah dari Air Asia pada bulan September 2014 saya akhirnya membeli tiket tujuan Yangon, untuk keberangkatan Agustus 2015. Tiket Yogyakarta-Kuala Lumpur-Yangon PP saya dapat dengan Rp. 1.290.000,- , lumayan lah hehehe... Setelah mendapatkan tiket, saya segera mengumpulkan info-info tentang perjalanan  ke Myanmar di Internet. Saya berusaha mencari info sedetail mungkin supaya mempermudah perjalanan saya di Myanmar, mengingat saya cuma sendirian dan baru pertama kali keluar negeri hehehe. Sebulan sebelum berangkat saya baru membuat paspor dan menukarkan Rupiah ke USD dan Ringgit.

Tanggal 21 Agustus 2015 datang juga, sehabis jumatan saya langsung bersiap-siap menuju bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Perasaan saya waktu itu lumayan tegang karena akan melakukan perjalanan sendirian keluar negeri yang merupakan pengalaman pertama. dag dig dug rasanya hehe. Jam 5 sore pesawat Air Asia yang saya naiki lepas landas dari bandara Adisucipto menuju KLIA2 di Kuala Lumpur. Setelah terbang sekitar 2,5jam akhirnya pesawat sampai juga di bandara KLIA2. Keluar dari pesawat saya langsung berjalan menuju imigrasi yang jaraknya lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di konter imigrasi. Selain paspor saya juga menyiapkan tiket balik dan print-an booking hotel untuk jaga-jaga kalau nanti ditanyakan sama petugas imigrasi.

Alhamdulillah urusan di imigrasi berjalan lancar, saya tidak disuruh menunjukan tiket balik ataupun lainya. Waktu itu sudah pukul 9 malam lebih dan perut sudah mulai lapar, keluar dari imigrasi saya langsung mencari makan. Kalau melihat luas dan isinya, bandara KLIA2 ini menurut saya malah lebih mirip Mall. Saya memilih makan malam di KFC, yang menurut saya cukup murah dan mengenyangkan hehehe.

Biksu-biksu kecil di depan city hall

Pesawat yang akan membawa saya ke Yangon baru akan berangkat jam 7 pagi. Karena cukup lama waktu transitnya saya mencari tempat yang nyaman untuk sekedar istirahat/tiduran. Di bandara KLIA2 ini saya lihat banyak juga yang tidur-tiduran di kursi ruang tunggu, bahkan di kursi2 restoran juga banyak digunakan untuk tidur hehehe. Setelah menemukan kursi panjang yang masih kosong, saya langsung rebahan dan internetan menanfaatkan free wifi bandara KLIA2 ini. lumayan hehehe

22 Agustus 2015 Jam 6 pagi pesawat Air Asia lepas landas menuju Yangon. Membutuhkan sekitar 2,5jam untuk sampai Yanon Internasional Airport. Di dalam pesawat saya lihat cukup banyak tenaga kerja Myanmar yang mau pulang ke negaranya. termasuk orang yang duduk disamping saya. Saat pesawat mau landing, saya liat kaca pesawat basah terkena hujan. Bulan Agustus di wilayah Myanmar memang sedang musim hujan, bahkan di beberapa daerah terjadi banjir yang cukup besar. Selepas dari imigrasi saya menuju money changer untuk menukar USD ke Kyat. $250 saya tukarkan ke Kyat yang menurut saya cukup untuk biaya hidup 4 hari di Myanmar.

Saat keluar bandara saya melihat ada orang yang membawa kertas bertuliskan nama saya, beliau ialah Mr. Zay. Saya mendapatkan free shuttle dari Yangon Airport ke pusat kota Yangon dari hotel Ocean Pearl Inn 3 padahal saya menginap disana baru tanggal 24 Agustus. Tarif taksi dari Yangon Airport ke pusat kota Yangon sekitar 7000-9000kyat (75.000-100.000 Rupiah). Karena saya jalan cuma sendirian, free shuttle ini tentunya lumayan menguntungkan buat saya hehehe. Di Myanmar kendaraan menggunakan lajur kanan, tetapi masih banyak mobil/bus yang setirnya disebelah kanan juga. Hmmm. Perjalanan dari Airport ke pusat kota Yangon sekitar 1jam, oleh Mr Zay saya diturunkan di hotel ocean pearl inn 3.   Dari hotel kemudian saya jalan ke Mahabandoola Park yang hanya berjarak 300-an meter.

Downtown Yangon

Saya lihat mayoritas orang Myanmar masih menggunakan sarung, orang Myanmar menyebutnya Longji. Selain itu masih banyak juga dari mereka yang mengunyah daun sirih (menginang), dan mereka meludahkannya di sembarangan tempat. hmmm... Di pinggir-pinggir jalan kota Yangon ini juga banyak yang jualan Mohinga (mie dari beras) dan kopi/teh myanmar, tempat duduk untuk pembeli biasanya kursi-kursi plastik kecil, asyik juga dilihatnya. Sebenarnya ngiler juga saat melihat mohinga dihidangkan, tapi karena menurut saya tidak cukup higienis, saya tidak jadi mencobanya. hehehe.

Mahabandoola Park

Tempat bermain anak-anak 
Bangunan merah bekas penjara


Mahabandoola Park siang itu lumayan ramai dengan orang-orang yang bersantai. Di dalam taman ini juga ada wahana bermain untuk anak, jogging track, alat peraga fitnes, lumayan lengkap dan terawat. Para penjual makanan ada diluar taman dan tidak boleh masuk taman, ini menjadikan taman ini terlihat bersih dan teratur. Saat saya mau ke bagian tengah taman untuk mengambil foto, saya diikuti anak kecil penjual kartu pos. Meskipun sudah menolaknya beberapa kali namun dia masih saja mengikuti saya, mungkin karena disitu lagi sepi turis hehehe.

Setelah dari taman saya berjalan lagi ke arah Sule Pagoda yang berdekatan dengan Mahabandoola Park dan bersebelahan dengan Masjid Bengali Sunni Jameh. Saat itu saya kurang tertarik untuk masuk Sule Pagoda karena besoknya bakalan "mabuk pagoda" di daerah Bagan. hehehe. Saya berjalan menuju jembatan penyeberangan untuk mengambil gambar Sule Pagoda dari sana. Setelah cukup mengambil gambar dan "haus" melanda, saya kembali ke sekitar Mahabandoola Park untuk beli es tebu yang seger dan rasanya sedikit aneh. hehehe. 

Es Tebu

Saat duduk-duduk menikmati es tebu, tidak berapa lama hujan turun di kota Yangon. Waktu itu hujan cukup deras, memaksa saya untuk berteduh di bawah pohon. 20 menit berselang hujan sudah reda, saya segera membayar es tebu seharga 500 Kyat. Segera saya berjalan menuju hotel Ocean Pearl Inn 3 untuk menumpang mandi, ngecarge HP, Powerbank dan wifi-an , kebetulan staf hotel tadi pagi sudah menawarkan kepada saya. lumayan hehehe.

Untuk kebutuhan komunikasi dan internet selama perjalanan di Myanmar saya membeli sim card lokal Myanmar. Atas rekomendasi staf hotel saya memilih simcard dari operator MPT seharga 3000 kyat dan saya isi pulsa 5000 kyat. Saya membelinya di warung kelontong dibawah hotel Ocean Pearl Inn 3. Menurut staf hotel, MPT mempunyai jaringan yang cukup bagus di penjuru Myanmar meskipun lebih mahal dari operator lain wkwkwk. 

Malam itu saya tidak bermalam di Yangon, tetapi langsung melanjutkan perjalanan ke Bagan. Setelah batere handphone dan powerbank full, puas internetan, badan sudah seger saya kembali lagi ke sekitar sule Pagoda untuk naik angkot ber AC menuju terminal Aung Mingalar. Perjalanan dari pusat kota Yangon ke Terminal Aung Mingalar sekitar 1jam dengan tarif 1000 kyat. Jalanan kota Yangon sore itu sangat padat dan ruwet, supir angkot sangat ngawur nyupirnya, ditambah saya belum makan berat cukup membuat perut mual-mual dan pening di kepala wkwkwkwk

Angkot ber-AC (warna pink)
Sampai di terminal Aung Mingalar yang sangat luas saya dibuat bingung untuk mencari kantor bus JJ Express. Saya mencoba tanya orang-orang di terminal, mereka mengelengkan kepala semuanya karena tidak bisa berbahasa Inggris. Plakat-plakat operator bus disana juga memakai tulisan burma yang terlihat mirip cacing. fyiuuh.. Saya mencoba berjalan pelan-pelan mengelilingi terminal, kemudian ada seorang yang menawarkan bantuan (sepertinya calo wkwkwk). Saya menanyakan kepada dia lokasi kantor JJexpress, namun dia juga tidak paham maksud saya. hmmm.. Selanjutnya saya ngomong kalau mau ke kantor JJ Express untuk perjalanan ke Bagan. Sepertinya dia mengartikan saya mau membeli tiket bus ke Bagan, saya akhirnya diajak ke salah satu kantor operator bus. Setelah sampai kantor tersebut saya ngomong ke mbak-mbak penjaganya kalau sudah punya tiket bus JJ  Express. Baru setelah itu mas-mas calo tadi paham dan mengantarkan saya ke kantor JJ Express. Akhirnyaaaaa..... Mas-mas calo tadi mengantarkan saya ke depan kantor JJ Express, karena saya lihat dia ikhlas membantu saya kasih 1000 kyat :)

Untuk perjalanan dari Yangon ke Bagan saya memilih memakai operator bus JJ Express yang sudah cukup terkenal di kalangan traveler. Kelebihan operator ini selain dari pelayanan yang bagus, bus yang bagus juga menerima pemesanan lewat Facebooknya JJ express. Sekitar sebulan sebelum ke Myanmar saya sudah memesan kursi untuk perjalanan ini. Karena saya melakukan perjalanan ke Myanmar ini sendirian saya memesan kursi single yang lebih nyaman hehehe. 

Tulisannya mirip cacing semua heuheuheu

Kantor JJ Express

Bus JJ Express saat di pemberhentian pertama
Setelah sampai kantor JJ Express saya segera membayar tiket, untuk perjalanan dari Yangon ke Bagan PP saya membayar sekitar 400rb Rupiah (sory lupa pas-nya). Tidak begitu lama menunggu dikantor, penumpang diperbolehkan untuk masuk bus. Tepat pukul 8 malam bus berangkat menuju Yangon. Sekitar 30 menit perjalanan, "pramugari" bus membagikan snack dan kopi/pepsi untuk penumpang. Bus yang saya tumpangi sangat nyaman sekali, sepanjang perjalanan saya bisa tidur nyenyak. Sekitar jam 11 malam bus berhenti untuk memberi kesempatan kepada penumpang untuk makan malam ataupun ke toilet. Keluar dari bus saya menuju restoran, daftar menu disini juga memakai tulisan myanmar. duuh.... Saya akhirnya memilih restoran yang memajang makananya, kepada pegawai restoranya saya tinggal tunjuk saja makanan yang saya pilih hehehe. Malam itu saya makan nasi goreng dan minum teh panas seharga 800 kyat. Begitu perut sudah terisi saya langsung kembali ke Bus, melanjutkan tidur dan membayangkan sebentar lagi sampai di Bagan, salah satu destinasi impian saya :)

bersambung.....


6 komentar:

  1. wah, hebat, pertama ke luar negeri dan langsung ke Myanmar! (biasanya orang pilih tempat yang lebih rapi dan aman seperti Singapur atau Kuala Lumpur )

    Dalam perjalanan saya ke Myanmar tahun 2013, cuma sehari jalan2 di Yangon, dan rasanya nggak puas. Kota itu sekilas biasa banget, tapi sekarang saya jadi pengen ke Yangon lagi, ngulik pasar dan bangunan2 tuanya..

    Kamu perhatikan nggak, di Bagan orang2nya gak suka berpayung kayak di Yangon :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya mbak, Myanmar ternyata aman, penduduknya ramah-ramah dan hampir ga ada calo2/penipu :D

      Saya juga masih kepingin ke kota-kota lain di Myanmar, pingin naik kereta jarak jauhnya :D

      bener mbak, apalagi klo orang lagi pacaran.. ga panas ga hujan payung pasti terbuka wkwkwkwk

      Hapus
  2. baru kali ini tau orang indonesia pertama kali ke luar negerinya bukan ke singapura atau malaysia :D keren-keren! Saya aja malah belum sampe myanmar ini! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya pertama keluar egeri di Malaysia, tepatnya di KLIA2 mas hahahaha. Mas Fahmi belum pernah ke myanmar tp sdh melalang buana keman-mana. mantap!

      Hapus
  3. kayaknya seru,, blm berani solo travel kesana uyy eh keluar negeri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget kak, ayo kak tahun depan ke Luar negeri wkwkwk

      Hapus